Tazkirah Jum'at FKP - USIM
Saturday, January 26, 2013
MENGENAL PENYAKIT ZAHIR DAN BATIN
MENGENAL PENYAKIT ZAHIR DAN BATIN
Tazkirah Jum'at FKP - USIM
Tazkirah Jum'at FKP - USIM
Kesehatan adalah modal
paling utama dalam hidup ini, kita mampu melakukan sesuatu dan berbagai macam
aktifitas, karena kita memiliki suatu nikmat yang paling besar yaitu nikmat
kesehatan. Namun terkadang manusia baru merasakan betapa pentingnya kesehatan
tatkala kesehatan bermasalah, menurun atau hilang dari dirinya. Seseorang baru
merasakan pentingnya keberadaan telinga kalau sudah tuli. Seseseorang baru
merasakan peranan gigi dan betapa indahnya gigi itu kalau sudah ompong.
Seseseorang baru menginsafi tentang pentingnya rambut kalau sudah botak.
Seseorang baru merasakan pentinganya warna hitam rambut manakala ia sudah
menjadi putih. Seseorang baru merasakan nikmatnya mata kalau ia diserang
kebutaan. Secara ringlkasnya, sepanjang anggota badan ini lengkap dan
berfungsi, dalam kondisi on dan tidak off, maka kita sering melupakan bahwa
sebenarnya itu semua adalah nikmat dan anugerah Allah swt. Di dalam al-Qur'an
telah dikatakan
لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد
"Sepanjang hamba itu
bersyukur, maka Aku akan menambahkan nikmat tersebut. Namun kalau ia ingkar
tidak pandai mensyukurinya, maka niscaya azabKu amat pedih", na'uzubillah
min zalik.
Ini adalah janji Allah.
Begitulah kesehatan ini
menjadi modal asas dan utama dalam kehidupan kita. Setiap pagi kita bangun dan
terus pergi bekerja di fakulti yang kita cintai ini. Kemudian yang bekerja
sebagai pensyarah akan masuk dalam kelas mengajar, dan yang bertugas di bagian
pentadbiran akan mengurus apa saja yang menjadi tugasnya. Kesemuanya dapat
berjalan lancar hanya karena satu factor, yaitu adanya modal kesehatan.
Lawan dari sehat adalah
sakit. Manusia itu terdiri dari dua unsur atau dua elemen, yaitu jasmani dan
rohani. Namun sayang seribu sayang, terkadang manusia hanya sibuk memperhatikan
aspek zahiriyah yaitu jasmani. Dalam satu hari kita mandikan jasmani kita dua
atau tiga kali, kemudian kita belikan pakaian, kita tutup badan kita dengan
sempurna, kita belikan pakaian yang mahal-mahal, comel, cantik dan menawan hati
siapa yang melihatnya, bukan hanya sampai disitu saja bahkan ditambah lagi
dengan parfum dan wangi-wangian yang serba harum, ditambah dengan segala
aksoseris yang nampak di mata, dengan tujuan semata-mata hanya untuk menutup
dan memperindah pandangan orang terhadap luaran jasmani kita. Dan yang menjadi
pertanyaan: pernahkah kita memikirkan keindahan rohani kita, pernahkah berpikir
bagaimana mempercantik hati kita. Adakah ada saat-saat tertentu dalam kehidupan
kita yang kita khususkan untuk memperelok batin dan jiwa kita? Kita hiasai hati
dengan jiwa yang sabar, tawadhu'. Kita kosongkan hati kita dari berbagai
sifat-sifat mazmumah yang dibenci dan dimurkai oleh Allah swt, seperti sikap
sombong, bongkak, congkak, angkuh dan saudara-saudaranya. Kita kosongkan hati
kita dari rasa dengki, hasud, iri hati dan saudara-saudaranya. Dan sebaliknya
kita isi hati kita dengan sifat-sifat mahmudah atau yang sifat yang dipuji
Allah, sikap lembut, sikap toleran, lapang dada dan sebagainya.
Begitu juga kalau kita
berbicara tentang penyakit. Kita akan sibuk kalau kita diserang penyakit zahir,
seperti sakit gigi, sakit kepala, dan penyakit lainnya. Kita tidak mungkin
tinggal diam menghadapi penyakit zahir yang menimpa kita. Kita akan berobat ke
dokter spesialis, tidak kisah walaupun beratus atau beri-ribu ringgit akan kita
keluarkan.
Imam Ghazali membagi
penyakit kepada dua bagian, pertama penyakit zahir dan kedua penyakit
batin atau rohani. Dan perbezaan antar dua penyakit ini adalah:
1) Penyakit zahir
banyak pakarnya, penyakit cancer ada dokternya, penyakit jantung ada dokternya,
bahkan penyakit kulitpun ada dokternya. Sedangkan penyakit batin atau rohani
dokternya hanyalah agama dan kemauan yang kuat serta azam yang tinggi dari
orang yang berpenyakit hati tersebut untuk mengobati dirinya. Oleh karena itu
penyakit batin tidak mempunyai pakar dan tidak memiliki dokter. Pernahkah
tuan-tuan dan puan-puan mendengar dokter pakar penyakit sombong, pakar dalam
penyakit hasud, pakar dalam penyakit kedekut, dengki dan iri hati?. Dan kalau
ada tolong sharing, sebab sayapun teringin tahu penyakit dalaman hati
saya. Jadi penawar bagi penyakit rohani adalah agama saja, yaitu melalui
riyadhah atau pelatihan rohani yang ditawarkan oleh agama. Firman Allah:
ألا بذكر الله تطمئن القلوب
"Ingatlah dengan
mengingat Allah, hati akan menjadi tenang"
2) Penyakit
zahir dapat dideteksi dan dilacak oleh orang yang memiliki penyakit tesebut,
contohnya orang yang yang sakit-gigi akan mengetahui kalau dirinya sedang sakit
gigi. Orang yang sakit kepala akan tahu kalau dirinya sedang mengalami pening.
Namun yang aneh kalau penyakit batin, bagi orang yang memiliki penyakit ini ia
tidak merasa kalau dirinya berpenyakit rohani, dan justru orang lainlah yang
mampu mendeteksi atau melihat bahwa orang tersebut memiliki penyakit sombong,
iri hati, hasud, dengki, bakhil bin kikir. Oleh karena itu terkadang ada orang
kerjanya setiap hari berusaha semaksimal mungkin dan bersusah payah
mencari-cari kesalahan dan kekurangan orang lain, padahal dia sendiri tidak
terlepas dari sifat yang ia cari pada diri orang lain. Orang yang sombong akan
menganggap kalau kesombongannya itu adalah sesuatu wajar dan biasa saja, orang
yang kikir akan menganggap sifat ini biasa saja, dengan alasan inikan sikap
penghematan. Dalam hal ini Rasulullah saw pernah bersabda:
طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب الناس
Oleh karena itu, sayyidina
Umar bin Khattab ketika melakukan meeting atau perjumpaan sering bertanya
kepada orang tentang dirinya: “wahai saudaraku kau lihat saya ini ada sifat
sombong atau tidak? Saya ini kikir apa tidak? Apakah engkau melihat ada tanda-tanda
iri hati, hasad dan dengki pada diri saya atau tidak ada? Seperti inilah
perangai Umar bin Khattab yang selalu meminta rakan-rakannya untuk menilai
hatinya dan perilakunya.
Kalau kita, jangankan
bertanya dengan orang lain mengenai perangai kita, bahkan jika ada orang
menilai kita sebagai orang yang sombong maka kita anggap penilaiannya itu
sebagai suatu ajakan untuk berperang.
Oleh karena khalifah Umar
berkata "MANUSIA YANG BERAKAL IALAH MANUSIA YANG SUKA MENERIMA DAN MEMINTA
NASIHAT ORANG LAIN"
3) Kesan penyakit zahir hanya di dunia
saja. Makanya kita kadang mendengar bahwa si fulan meningga dunial akibat
terkena serangan jantung, darah tinggi, cancer, dll. Sedangkan di akhirat nanti
penyakit zahir ini tidak ada kesannya. Maksudnya, penduduk neraka nanti kalau
ditanya kenapa kamu masuk neraka, jawabannya tidak mungkin dia berkata oh saya
masuk neraka karena saya berpenyakit cancer, darah tinggi, dan jantung.
Sedangkan kesan penyakit
rohani akan merusak kehidupan dunia dan kehidupan akhirat seseorang. Dalam
kehidupan dunia, orang yang memiliki sifat sombong bin angkuh, hasud, tukang
menadu domba, pasti akan dikucilkan dari pergaulan sekeliling. Dan di akhirat
tentu kesan penyakit hati ini akan jauh lebih dahsyat. Neraka menanti,
menunggu, dan meng-alu alukan kedatangannya. Betapa tidak, dalam hadits Nabi
saw dikatakan:
إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
“Berhati-hatilah kalian dengan sifat hasad.
Sesungguhnya sifat hasad membinasakan semua kebaikan sebagaimana halnya api
membinasakan kayu bakar”.
Iri hati seseorang kepada orang lain, menandakan ia ingin seperti orang
tersebut, namun ia tidak mampu sepertinya, dan hakikatnya ia orang yang tidak
mengakui adanya takdir ilahi.
) وَلا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى
بَعْضٍ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا
اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ
شَيْءٍ عَلِيمًا(
“Dan janganlah
kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih
banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian
dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi Para wanita (pun) ada bahagian
dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (an Nisa’: 32).
Untuk
mengontrol dan mengobati penyakit hati di atas, maka ada baiknya mengamalkan sebuah
nasehat dari seorang tokoh ulama sufi terkenal bernama Imam Yahya bin
Mu'az ar-Razi, beliau wafat tahun 258 Hijriah, beliau sangat aktif memberikan
nasehat-nasehat agama, pada kali ini beliau mengajarkan tentang cara
bersosialisasi yang baik dan bijak antara sesama manusia, beliau mengatakan:
"لِيَكُنْ حَظ الْمُؤْمِنِ مِنْكَ
ثَلاَثَة: إِنْ لَمْ تَنْفَعْهُ فَلاَ تَضُرُّهُ، وَإِنْ لَمْ تُفْرِحْهُ
فَلاَ تَغُمُّهُ، وَإِنْ لَمْ تَمْدَحْهُ فَلاَ تَذُمُّهُ".
"Tiga
perkara dalam pergaulan seorang mu’min: Kalau engkau tidak sanggup
membantu orang lain (bagi manfaat), maka janganlah merugikan dia, dan kalau
engkau tidak sanggup menghibur orang lain (bagi senang), maka janganlah
membuatkan dia sedih (susah), kalau engkau tidak sanggup memuji orang lain,
maka janganlah mencelanya".
Dari ucapan beliau di atas maka kita dapat menarik
beberapa I’tibar dan pelajaran berharga, demi menjaga hubungan sosial sesama
makhluk Allah, yaitu:
1. MEMBERIKAN BANTUAN, adalah sifat
tolong-menolong yang sudah menjadi sebuah kewajiban dan keharusan dalam agama,
sebab manusia merupakan makhluk sosial, sebagai insan yang memerlukan khidmat
orang lain, dalam hal ini, minimal tindakan yang perlu dilakukan kalau tidak
mampu menolong, membantu dan bagi manfaat kepada orang lain, yaitu tidak
merugikan orang yang sepatutnya di tolong, firman Allah:
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (al-Maaidah, ayat:
2).
2. MEMBUAT ORANG SENANG, "وَبَشِّرْ" kata ini disebutkan
18 kali dalam al-Qur’an, kata tersebut bertujuan untuk menggalakan penyebaran
berita gembira dan senang bagi orang mu’min dan sabar, kalaupun tidak dapat
memberikan sebuah kabar, berita dan maklumat yang boleh menyenangkan hati
orang, maka minimal janganlah membuat orang bersedih hati. Rasul pernah
bersabda:
فَسَدِّدُوْا
وَقَارِبُوْا وَأَبْشِرُوْا
Bertindaklah secara sederhana, dan
tetaplah berusaha serta sebarkan kegembiraan dan kesenangan di antara kamu”.
3. MEMUJI ORANG, sudah menjadi tabi’at
manusia ia lebih suka dipuji daripada dihina, Islam membolehkan pujian, namun
tidak berlebihan, sebab ditakutkan orang yang dipuji akan lupa diri, sehingga
menjadi sombong, dan akhirnya binasa, sabda Rasul Saw:
إِيَّاكُمْ وَالْمَدْحَ
فَإِنَّهُ الذَّبْحُ
"Hindarilah
sanjung-menyanjung karena hal itu merupakan penyembelihan (kebinasaan)".
Karena agama sangat berhati-hati dalam
pemberian pujian dan sanjungan, maka minimal perkara yang sangat penting untuk
di hindari kalau tidak mampu memberikan sedikit sanjungan dan pujian, adalah
tidak mencela dan menghina orang lain.
Inilah
prinsip bersosialisasi dan berinteraksi yang diajarkan oleh agama, yang
dibangun atas tiga sikap:
-Sikap menghargai,bukan menghina orang.
-Sikap mengangkat, bukan menjatuhkan orang.
-Sikap memberikan manfaat, bukan memanfaatkan orang.
Wallahu A'lam
Disampaikan pada
Tazkirah Jum'at FKP-USIM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment