Begitulah kesehatan ini menjadi
modal asas dan utama dalam kehidupan kita. Setiap pagi kita bangun dan terus
pergi bekerja di fakulti yang kita cintai ini. Kemudian yang bekerja sebagai pensyarah
akan masuk dalam kelas mengajar, dan yang bertugas di bagian pentadbiran akan mengurus
apa saja yang menjadi tugasnya. Kesemuanya dapat berjalan lancar hanya karena
satu factor, yaitu adanya modal kesehatan.
Nah lawan dari sehat adalah
sakit. Manusia itu terdiri dari dua unsur atau dua elemen, yaitu jasmani dan
rohani. Namun sayang seribu sayang, terkadang manusia hanya sibuk memperhatikan
aspek zahiriyah yaitu jasmani. Dalam satu hari kita mandikan jasmani kita dua
atau tiga kali, kemudian kita belikan pakaian, kita tutup badan kita dengan
sempurna, kita belikan pakaian yang mahal-mahal, comel, cantik dan menawan hati
siapa yang melihatnya, bukan hanya sampai disitu saja bahkan ditambah lagi dengan
parfum dan wangi-wangian yang serba harum, ditambah dengan segala aksoseris
yang nampak di mata, dengan tujuan semata-mata hanya untuk menutup dan
memperindah pandangan orang terhadap luaran jasmani kita. Dan yang menjadi
pertanyaan: pernahkah kita memikirkan keindahan rohani kita, pernahkah berpikir
bagaimana mempercantik hati kita. Adakah ada saat-saat tertentu dalam kehidupan
kita yang kita khususkan untuk memperelok batin dan jiwa kita? Kita hiasai hati
dengan jiwa yang sabar, tawadhu'. Kita kosongkan hati kita dari berbagai
sifat-sifat mazmumah yang dibenci dan dimurkai oleh Allah swt, seperti sikap
sombong, bongkak, congkak, angkuh dan saudara-saudaranya. Kita kosongkan hati kita
dari rasa dengki, hasud, iri hati dan saudara-saudaranya. Dan sebaliknya kita
isi hati kita dengan sifat-sifat mahmudah atau yang sifat yang dipuji Allah,
sikap lembut, sikap toleran, lapang dada dan sebagainya.
Begitu juga kalau kita berbicara
tentang penyakit. Kita akan sibuk kalau kita diserang penyakit zahir, seperti
sakit gigi, sakit kepala, dan penyakit lainnya. Kita tidak mungkin tinggal diam
menghadapi penyakit zahir yang menimpa kita. Kita akan berobat ke dokter spesialis,
tidak kisah walaupun beratus atau beri-ribu ringgit akan kita keluarkan,
Imam Ghazali membagi
penyakit kepada dua bagian, pertama
penyakit zahir dan kedua penyakit batin atau rohani. Dan perbezaan antar dua
penyakit ini adalah:
1) Penyakit
zahir banyak pakarnya, penyakit cancer ada dokternya, penyakit jantung ada
dokternya, bahkan penyakit kulitpun ada dokternya. Sedangkan penyakit batin
atau rohani dokternya hanyalah agama dan kemauan yang kuat serta azam yang tinggi
dari orang yang berpenyakit hati tersebut untuk mengobati dirinya. Oleh karena
itu penyakit batin tidak mempunyai pakar dan tidak memiliki dokter. Pernahkah
tuan-tuan dan puan-puan mendengar dokter pakar penyakit sombong, pakar dalam
penyakit hasud, pakar dalam penyakit kedekut, dengki dan iri hati?. Dan kalau
ada tolong sharing, sebab sayapun teringin tahu penyakit dalaman hati
saya. Jadi penawar bagi penyakit rohani
adalah agama saja, yaitu melalui riyadhah atau pelatihan rohani yang ditawarkan
oleh agama. Firman Allah: ألا بذكر الله تطمئن القلوب
2) Penyakit
zahir dapat dideteksi dan dilacak oleh orang yang memiliki penyakit tesebut,
contohnya orang yang yang sakit-gigi akan mengetahui kalau dirinya sedang sakit
gigi. Orang yang sakit kepala akan tahu kalau dirinya sedang mengalami pening.
Namun yang aneh kalau penyakit batin, bagi orang yang memiliki penyakit ini ia tidak
merasa kalau dirinya berpenyakit rohani, dan justru orang lainlah yang mampu mendeteksi
atau melihat bahwa orang tersebut memiliki penyakit sombong, iri hati, hasud,
dengki, bakhil bin kikir. Oleh karena itu terkadang ada orang kerjanya setiap
hari berusaha semaksimal mungkin dan bersusah payah mencari-cari kesalahan dan
kekurangan orang lain, padahal dia sendiri tidak terlepas dari sifat yang ia
cari pada diri orang lain. Orang yang sombong akan menganggap kalau kesombongannya
itu adalah sesuatu wajar dan biasa saja, orang yang kikir akan menganggap sifat
ini biasa saja, dengan alasan inikan sikap penghematan. Dalam hal ini Rasulullah
saw pernah bersabda:
طوبى لمن شغله عيبه عن عيوب الناس
Oleh
karena itu, sayyidina Umar bin Khattab ketika melakukan meeting atau perjumpaan
sering bertanya kepada orang tentang dirinya: “wahai saudaraku kau lihat saya
ini ada sifat sombong atau tidak? Saya ini kikir apa tidak? Apakah engkau
melihat ada tanda-tanda iri hati, hasad dan dengki pada diri saya atau tidak
ada? Seperti inilah perangai Umar bin Khattab yang selalu meminta
rakan-rakannya untuk menilai hatinya dan perilakunya.
Kalau kita,
jangankan bertanya dengan orang lain mengenai perangai kita, bahkan jika ada orang
menilai kita sebagai orang yang sombong maka kita anggap penilaiannya itu sebagai
suatu ajakan untuk berperang.
Oleh
karena khalifah Umar berkata "MANUSIA YANG BERAKAL IALAH MANUSIA YANG SUKA
MENERIMA DAN MEMINTA NASIHAT ORANG LAIN"
3) Kesan
penyakit zahir hanya di dunia saja. Makanya kita kadang mendengar bahwa si fulan
meningga dunial akibat terkena serangan jantung, darah tinggi, cancer, dll. Sedangkan
di akhirat nanti penyakit zahir ini tidak ada kesannya. Maksudnya, penduduk
neraka nanti kalau ditanya kenapa kamu masuk neraka, jawabannya tidak mungkin
dia berkata oh saya masuk neraka karena saya berpenyakit cancer, darah tinggi,
dan jantung.
Sedangkan
kesan penyakit rohani akan merusak kehidupan dunia dan kehidupan akhirat
seseorang. Dalam kehidupan dunia, orang yang memiliki sifat sombong bin angkuh,
hasud, tukang menadu domba, pasti akan dikucilkan dari pergaulan sekeliling. Dan
di akhirat tentu kesan penyakit hati ini akan jauh lebih dahsyat. Neraka menanti, menunggu, dan meng-alu alukan
kedatangannya. Betapa tidak, dalam hadits Nabi saw dikatakan:
إياكم والحسد فإن الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار
الحطث
Yang
artinya:
“Berhati-hatilah
kalian dengan sifat hasad. Sesungguhnya sifat hasad membinasakan semua kebaikan
sebagaimana halnya api membinasakan kayu bakar”.
Iri
hati seseorang kepada orang lain, menandakan ia ingin seperti orang
tersebut, namun ia tidak mampu sepertinya, dan hakikatnya ia orang yang
tidak mengakui adanya takdir ilahi.
(وَلا
تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ
لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا
اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ
بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا)
“Dan
janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi
orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan
bagi Para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui segala sesuatu.” (an Nisa’: 32)
Imam
Ghazali mengenal pasti tujuh punca penyakit hasad, yaitu:
1) Perasaan Permusuhan dan Kebencian
2) Merasa Diri Mulia
3) Takabbur
4) Merasa takjub dengan diri sendiri
5) Takut Terlepas Sesuatu Tujuan dan Habuan
6) Ghairah Menjadi Ketua dan Mencari Populariti
7) Busuk Hati
Hadirin sekalian, bagi insan yang bersih hatinya dari sifat hasad dan
dengki, ia akan masuk syurga. Dan untuk mengakhiri tazkirah ini, ada baiknya
kalau kita menyimak sejenak wasiat seorang sufi, dalam rangka mengobati
penyakit hati tersebut.
قال الإِمَام يَحْيَى بن مُعَاذ: "لِيَكُنْ حَظ الْمُؤْمِنِ
مِنْكَ ثَلاَثَة: إِنْ لَمْ تَنْفَعْهُ فَلاَ تَضُرُّهُ، وَإِنْ لَمْ تُفْرِحْهُ
فَلاَ تَغُمُّهُ، وَإِنْ لَمْ تَمْدَحْهُ فَلاَ تَذُمُّهُ".
Imam Yahya Bin Mu'az
berpesan:"Tigaperkara dalam adab pergaulan seorang mu’min:
1) Kalau engkau tidak sanggup membantu orang lain (bagi
manfaat), maka janganlah merugikan dia.
2) Dan kalau engkau tidak
sanggup menghibur orang lain (bagi senang), maka janganlah membuatkan dia sedih
(susah).
3)kalau engkau tidak sanggup
memuji orang lain, maka janganlah mencelanya".
Wallah A'lam
0 komentar:
Post a Comment