Sunday, May 30, 2010

ALIRAN-ALIRAN SYI’AH ZAIDIYAH

ALIRAN-ALIRAN SYI’AH ZAIDIYAH
DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni
     Syi’ah Zaidiyah terpecah ke beberapa sekte. Mayoritas sekte tersebut telah pun punah. Dan yang tinggal hanyalah beberapa kumpulan Zaidiyah di utara dan selatan Yaman, Hijaz (Saudi Arabia), dan Emirat Arab (UEA).
     Imam Ibrahim Tababa bin Ismail bin Ibrahim bin Hasan at-Tsani adalah pendiri pertama kepemimpinan Zaidiyah di Yaman, dan diakhiri oleh imam terakhir Zaidiyah, yaitu imam Badar Ahmad bin Yahya bin Hamiduddin. Ia berasal dari keluarga Zaidiyah dari keturunan Hamiduddin. Beliau memangku otoritas keagamaan dan politik di Yaman utara. Dan ia diisolasi setelah terjadinya peristiwa kudeta militer. Dan dengan kejadian itu, ia terpaksa meninggalkan Yaman menuju Arab Saudi, dan kemudian ia sekeluarga pindah ke Inggris dan menetap disana.
     Para sejarawan berbeda pendapat dalam menentukan jumlah sekte-sekte Syi’ah Zaidiyah, seperti dibawah ini:
1) Menurut Imam Ahmad bin Yahya al-Murtadha (w. 840 H), Zaidiyah terbagi kepada dua sekte, yaitu: Garudia dan Batriah .
2) Al-Razi membagi Zaidiyah kepada tiga sekte, yaitu: Garudia, Sulaimaniyah dan Shalihiyyah.
3) al-Noboukhti al-Itsna'asyariyah (w. 332 H) membagi Syi'ah Zaidiyah kepada empat sekte, yaitu: al-Sarhobiyyah (Garudia), al-‘Ajliyyah, al-Butriyyah dan al-Husainiyyah .
4) Imam Yahya bin Hamzah (w. 749 H), membagi Syi'ah Zaidiyah kepada lima sekte, yaitu: Garudia, Shalihiyyah, Butriyyah, ‘Aqbiyyah dan Shahabiyyah.
5) Imam Asy'ari membagi sekte Syi’ah Zaidiyyah kepada enam, yaitu: Garudia, Sulaimaniyyah, Batriyyah, Nu’aimiyyah, Ya’qubiyyah, dan ia tidak menyebutkan nama sekte yang keenam.
6) Imam al-Isfarayeni setuju dengan pembagian imam Asy’ari pada pembagian tiga pertama saja, dan penamaan di ubahnya dengan: Jaririyyah dan Batriyah..
7) Imam Syahrastani setuju dengan ketiga pembagian tersebut, namun ia menggabungkan sekte Shalihiyyah dan Batriyyah dalam satu sekte.
8) Qadhi Abdul Jabbar menyetujui pembagian imam Asy’ari pada ketiga pembagian pertama yaitu: Garudiyyah, Sulaimaniyah dan Batriyyah, dan sisanya adalah sekte Yamaniyyah, Shahibiyyah dan ‘Aqbiyyah.
     Dari beberapa fakta diatas, ditambah uraian sejarawan dan ulama, maka dapat disimpulkan bahwa sekte terpopuler Syi’ah Zaidiyah ada tiga. Hal ini dipaparkan oleh salah satu ulama Zaidiyyah, yaitu Imam Ahmad as-Syarafiy (w. 1055 H). Ia menegaskan bahwa: "Syi’ah Zaidiyah terpecah kepada tiga golongan, yaitu: Batriyah, Jaririyah, dan Garudiyah. Dan konon ada yang membagi sekte Zaidiyah kepada: Shalihiyah, Sulaimaniyah dan Jarudiyah. Dan pandangan Shalihiyah pada dasarnya sama dengan pandangan Batriyyah. Dan sekte Sulaymaniyah sebenarnya adalah Jarririyah. Jadi ketiga sekte tersebut merupakan golongan-golongan Syi’ah Zaidiyyah pada era awa. Dan ketiga sekte inipun tidak berafiliasi kepada keturunan Ahlu Bait sama sekali. Dan mereka hanyalah sekedar penyokong berat imam Zaid ketika terjadi revolusi melawan Bani Umayah, dan mereka ikut berperang bersama imam Zaid".
     Menurut pendapat Dr. Samira Mukhtar al-Laitsi dalam bukunya (Jihad as-Syi’ah), ketiga sekte tersebut merupakan golongan Syi'ah Zaidiyyah di masa pemerintahan Abbasiah. Dan meyoritas dari mereka ikut serta dalam revolusi imam Zaid. Dan ketiga sekte tersebut dianggap paling progresif dan popular serta berkembang pesat pada masa itu. Dan setelah abad kedua, gerakan Syi'ah Zaidiyah yang nampak di permukaan hanyalah sekte Garudiyah. Hal ini disebabkan karena tidak ditemukannya pandangan-pandangan yang dinisbahkan kepada sekte Syi'ah Zaidiyah lainnya. Adapun dalam perkembangannya, para pengikut Zaidiyah Yaman terpecah kepada dua golongan, yaitu: Husainiyah dan Mukhtari’ah Matrafiyah. Sementara Syi'ah Zaidiyah pada abad keempat hijriah yang berdomisili di wiliyah Jail dan Daylam berpecah juga kepada dua golongan, yaitu: Qasimiyah dan Nashiriyah. Dan penamaan keduanya mengikut kepada dua imam mereka masing-masing yaitu: al-Qasim ar-Rasy dan an-Nashir al-Atrusy.
     Demikianlah paparan para sejarawan islam tentang denominasi sekte-sekte Syi’ah Zaidiyah yang pada garis besarnya terdiri dari:
1) Zaidiyah Garudiyah.
2) Zaidiyah Batriyah.
3) Zaidiyah Sulaimaniyah atau dikenal sebagai Zaidiyah Jaririyah.
     Dan penulis menegaskan kembali bahwa Syi’ah Zaidiyah merupakan golongan Syi’ah yang sangat moderat dan terbuka bagi aliran-aliran lain dalam Islam, di mana Zaidiyah menganggap perlunya kontinuitas ijtihad. Dalam artian, pintu ijtihad harus dibuka selebar-lebarnya. Sebab menurut imam Syaukani: "Seseorang yang hanya mengandalkan taqlid (mengikut pandangan tertentu) seumur hidupnya tidak akan pernah bertanya kepada sumber asli yaitu “Qur’an dan Hadits”, dan ia hanya bertanya kepada pemimpin mazhabnya. Dan orang yang senantiasa bertanya kepada sumber asli Islam tidak dikatagorikan sebagai Muqallid (pengikut)". Berdasarkan atas pentingnya ijitihad, maka bagi Syi’ah Zaidiyah bertaqlid hukumnya haram bagi siapa saja yang mampu mencapai tingkatan mujtahid, sebab ia diwajibkan untuk melakukan ijtihad demi mencari nilai kebenaran.
     Dalam penilaian syekh Abu Zuhrah, Syi’ah Zaidiyah pada hakikatnya memberikan pilihan bebas kepada penganutnya untuk memakai pandangan mazhab-mazhab islam lainnya, dengan cara memilih pandangan yang sesuai dengan bukti atau dalil. Dan dalil tersebut tidak bertentangan dengan pegangan umum yang disepakati oleh Syi'ah Zaidiyah. Dan sikap mereka sebenarnya merealisasikan ucapan para imam-imam mazhab yang mengatakan: “Tidak sah bagi seseorang mememakai pendapat kami, kecuali ia tahu sendiri sumber aslinya (Qur"an dan Sunnah“. Dengan konsep keterbukaan ijtihad inilah yang membuat Syi’ah Zaidiyah kaya akan pandangan dan pemikiran agama. sehingga ada sebagian dari ulama mereka yang ditemukan menganut corak berpikir golongan lain.
     Disamping itu, perlu dicatat bahwa Syi’ah secara umum tercatat dalam sejarah politik Islam senantiasa memasang sikap oposisi terhadap pemerintah. Dan cara oposisinya bervariasai antara satu dengan yang lainnya. Kalau Syi’ah Zaidiyah, sikap oposisi mereka secara terang-terangan, atau dalam istilah mereka dikenal dengan “al-Khuruj”. atau frontal, dan bila perlu melakukan revolusi secara besar-besaran. Namun berbeda dengan golongan Syi’ah lainnya (Imamiyah dan Isma’ilyah). Mereka memilih oposisi dengan cara rahasia, alias gerakan bawah tanah (tersembunyi), atau dalam istilah mereka dikenal sebagai “Taqiyah”, atau diam-diam, tak mendeklarasikan diri dan identitas asli.

0 komentar:

Post a Comment