Monday, February 8, 2010

PENGERTIAN MAUT DAN HAKIKATNYA

Drs. KH. Nurdin Marjuni
Pembina Yayasan Wahba "an-Nur"
Ma'had Syawarifiyyah Jakarta

Kata “maut” berasal dari bahasa arab "مَاتَ ، يَمُوْتُ ، مَوْتًا", artinya adalah mati meninggal dunia, dan dapat juga diartikan "هَلَكَ" yaitu: binasa, hancur dan rusak. Dalam berbagai kamus, seperti kamus al-Marbawi, istilah maut terbagi empat bagian yaitu:
- "مَوْتٌ أَبْيَضٌ", artinya mati biasa, yaitu mati yang datang secara tiba-tiba atau mendadak "مَوْتٌ فُجَائِيٌّ". Dan biasa juga disebut sebagai "مَوْتٌ طَبِيْعِيٌّ" atau kematian yang wajar.
- "مَوْتٌ أَحْمَرٌ", artinya mati terbunuh.
- "مَوْتٌ أَسْوَدٌ", artinya mati tercekik atau mati digantung.
- "مَوْتٌ زُُؤَامٌ", artinya mati tidak baik, mengerikan atau lekas/cepat .
Perlu diketahui, bahwa semua bentuk kematian di atas adalah ketentuan Allah SWT. Sebab bagaimanapun juga semua manusia akan mengalami sebuah kematian. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah al-Ankabuut ayat 57:
 كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ  - العنكبوت : 57 - .
Artinya:“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”.
Dalam kitab “Ihyaa ‘Uluumuddin” karangan Imam Ghazali, dijelaskan tentang pengertian dan hakikat maut, sebagaimana berikut:

(إِنَّ الْمَوْتَ مَعْنَاهُ تَغْيِيْرُ حَالٍ فَقَطْ ، وَأَنَّ الرُّوْحَ بَاقِيَةٌ بَعْدَ مُفَارَقَةِ الْجَسَدِ ، إِمَّا مُعَذَّبَةٌ وَإِمَّا مُنَعَّمَةٌ)
Artinya:“Kematian adalah perpindahan keadaan saja, dimana roh seseorang tetap ada setelah berpisah dari jasad, dan keadaannya bisa saja dalam siksaan atau dalam kenikmatan” .
Dalam kitab “Sair as-Saalikin” yang dikarang oleh Syeikh Abdul Shamad al-Falimbangi, dijelaskan bahwa haikat maut itu adalah:
( مُفَارَقَةُ الرُّوْحِ لِلْبَدَنِ لاَ عَدَمَ الرُّوْحِ )
Artinya: “Berpisahnya roh dari jasad seseorang, dan roh tetap ada” .
Dari berbagai definisi maut diatas, dapat dijelaskan bahwa maut itu hanyalah merupakan perobahan atau perpindahan dari suatu keadaan ke keadaan lain, dan dari suatu tempat ke tempat yang lain. Yaitu perpindahan dari alam dunia ke alam akhirat. Di mana roh dan jasad berpisah antara satu dengan lainnya, dalam keadaan tersiksa atau mendapatkan kenikmatan dari Allah SWT.
Imam al-Ghazali menjelaskan lebih jauh lagi tentang perubahan tersebut dengan mengatakan:
( تَغْيِيْرُ حَالِهِ مِنْ جِهَتَيْنِ : إِحْدَاهُمَا ، أَنَّهُ سُلِبَ مِنْهُ عَيْنُهُ وَأُذُنُهُ وَلِسَانُهُ وَيَدُهُ وَرِجْلُهُ وَجَمِيْعُ أَعْضَائِهِ ، وَسُلِبَ مِنْهُ أَهْلُهُ وَوَلَدُهُ وَأَقَارِبُهُ وَسَائِرُ مَعَارِفِهِ ، وَسُلِبَ مِنْهُ خَيْلُهُ وَدَوَابُّهُ وَغِلْمَانُهُ وَدَوْرُهُ وَعِقَارُهُ وَسَائِرُ أَمْلاَكِهِ . وَالثَّانِي ، أَنَّهُ يَنْكَشِفُ لَهُ بِالْمَوْتِ مَالَمْ يَكُنْ مَكْشُوْفًا لَهُ فِي الْحَيَاةِ ، كَمَا قَدْ يَنْكَشِفُ لِلْمُسْتَيْقِظِ مَالَمْ يَكُنْ مَكْشُوْفًا لَهُ فِي النَّوْمِ )
Artinya:
“Perubahan keadaaan orang yang meninggal dunia terbagi kepada dua segi, yaitu: pertama, dicabut atau dihilangkan segala anggota badannya seperti, mata, telinga, lidah, tangan dan kakinya. Begitu pula dicabut darinya anggota keluarga, kerabat, dan seluruh kenalannya di dunia. Begitu juga dicabut kuda, hewan, anak, rumah, tanah dan seluruh harta kekayaannya. Kedua, akan nampak baginya setelah meninggal duniah hal-hal yang tidak ia lihat dalam kehidupannya di dunia, sebagaimana halnya orang yang bangun dari tidurnya akan melihat hal-hal yang tidak nampak baginya tatkala dalam tidur” .
TINGKATAN MANUSIA KETIKA MENGHADAPI KEMATIAN
Dalam menghadapi suatu kematian, manusia berbeda-beda kesiapannya tergantung kepada keimanan dan taqwaannya kepada Allah SWT. Oleh karena itu, ulama sufi membagi tingkatan manusia untuk menuju akhirat dalam tiga kelompok, yaitu:
Pertama: kelompok yang dinamakan hubbuddunyaa "حُبُّ الدُّنْيَا", artinya mereka yang sangat cinta dengan dunia, sehingga orang tersebut enggan meninggalkan dunia yang sementara ini. Karena kecintaannya yang sangat tinggi dan mendalam terhadap kemegahan harta kekayaan. Sebab ia tahu bahwa segala harta kekayaan yang diperoleh di dunia tidak satupun yang dibawa ke akhirat. Hal inilah yang menjadikan dia merasa takut sehingga dia selalu mengikuti hatinya. Malah kalau dinasehati atau diingatkan akan maut ia marah dan benci kepada kita. Jenis atau kelompok manusia ini memiliki prasangka yang sama sekali salah. Sebab kematian jelas-jelas akan datang di manapun orang berada, dan dalam kondisi apapun juga ia akan menjemput manusia. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah al-Jum’ah ayat 8:
 قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ  - الجمعة : 8 - .
Artinya:“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Ditempat lain Allah menjelaskan dalam surah an-Nisaa ayat 78:
 أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُّمْ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ  - النساء : 78 - .
Artinya: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”.
Pada surah Luqman ayat 34 dijelaskan juga akan datangnya kematian kepada diri manusia, sedangkan tidak diketahui kapan dan di mana maut akan menjemput nyawa manusia:
 وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ  - لقمان : 34 - .
Artinya: “Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Ayat-ayat di atas secara terang-terangan menegaskan bahwa maut akan datang kepada manusia sekalipun manusia menghindar darinya. Sebab amal-amal perbuatan manusia akan diadili di hari kemudian. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menganjurkan umatnya agar selalu mengingat kematian yang akan datang menjemput tanpa mengenal waktu dan ruang. Dalam sebuah riwayat dikatakan:
(أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذاَّتِ اْلَمَوْتُ )
Artinya: “Perbanyaklah mengingat kematian” .
Dalam hadits lain diterangkan bahwa dengan mengingat kematian hati menjadi terang:
( إِنَّ هَذِهِ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ ، قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ فَمَا جَلاَؤُهَا؟ قَالَ : ذِكْرُ الْمَوْتِ وَتِلاَوَةِ الْقُرْآنِ )
Artinya: “Sesungguhnya hati ini berkarat sebagaimana berkaratnya sebuah besi. Rasulullah ditanya: bagaimana cara untuk membuatnya mengkilap wahai Rasulullah? Beliau menjawab: cara untuk membuatnya mengkilap adalah dengan mengingat kematian dan membaca al-Qur’an” .
( وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْ رَأَيْتُمْ مَا رَأَيْتُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا ، قَالُوْا : وَمَا رَأَيْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ ، قَالَ : رَأَيْتُ الْجَنَّةَ وَالنَّارَ )
Artinya:“Demi jiwa Muhammad ditangan Allah SWT, jika kamu melihat apa yang aku lihat sendiri, niscaya kamu sekalian hanya tertawa sedikit dan banyak menangis. Mereka bertanya: apakah yang Rasulullah lihat? Beliau menjawab: Aku meliha surga dan neraka” .
Kedua: Orang yang bertaubat, at-Taa`ibu "اَلتَّائِبُ", maksudnya seorang beriman dan selalu bertaubat, ingat akan kematian, menyesali berbagai perbuatan yang tidak sesuai dengan syari’at, atau yakin bahwa ada pebuatan yang tercela pernah ia lakukan.
Golongan ini dalam masalah kematian selalu merasa tidak siap untuk menghadapi kematian. Karena baginya belum sempurna bekal yang akan dibawa keakhirat. Oleh karena itu, ia selalu menghindar dari segala bentuk dosa dan maksiat. Luqmanul Hakim pernah menasehati anaknya dengan berkata:
( يَابُنَيَّ !لاَ تُؤّخِّرُوْا التَّوْبَةَ ، فَإِنَّ الْمَوْتَ يَأْتِي بَغْتَةً ، وَمَنْ تَرَكَ الْمُبَادَرَةَ إِلَى التَّوْبَةِ بِالتَّسْوِيْفِ كَانَ بَيْنَ خَطَرَيْنِ عَظِيْمَيْنِ : أَحَدُهُمَا ، أَنْ تَتَرَاكَمَ الظُّلْمَةُ عَلَى قَلْبِهِ مِنَ الْمَعَاصِي حَتَّى يَصِيْرَ رَيْنًا وَطَبْعًا فَلاَ يَقْبَلُ الْمَحْوَ . وَالثَّانِي ، أَنْ يُعَاجِلَهُ الْمَرَضُ أَوِ الْمَوْتُ فَلاَ يَجِدَ مُهْلَةً لِلْإِشْتِغَالِ بِالْمَحْوِ )
Artinya: “Wahai anakku! Janganlah kamu menunda-nunda taubat, sesungguhnya kematian akan datang secara tiba-tiba. Dan barang siapa yang meninggalkan taubat dengan menunda-nundanya maka ia berada dalam dua bahaya: yang pertama, akan bertumpuk-tumpuk kegelapan dalam hatinya akibat dari perbuatan maksiat, sehingga menjadi kotoran yang tercetak yang tidak dapat dihapus kembali. Kedua: ia akan jatuh sakit atau mati segera, sehingga ia tidak mempunyai waktu untuk bertaubat demi menghapus segala dosa-dosanya” .
Nasehat Luqmanul Hakim diatas, ditegaskan pula dalam khabar yang mengatakan:( إِنَّ أَكْثَرَ صِيَاحِ أَهْلِ النَّارِ مِنَ التَّسْوِيْفِ )
Artinya: “Sesungguhnya teriakan penghuni neraka yang paling banyak terdengar adalah teriakan orang yang menunda-nunda bertaubat”.
Ketiga: Orang yang `Arif terhadap Allah "اَلْعَارِفُوْنَ" , yaitu, orang yang selalu tahu secara dekat akan Allah SWT. Ini adalah tingkatan orang yang telah mencapai makrifat Allah, atau ia telah mendapatkan makrifat, sehingga ia selalu ingat akan kematian dan ingin kematian itu datang menjeputnya. Sebab ia rindu kepada Allah SWT dan ingin bertemu dengan-Nya. Sehingga ia mempersiapkan dirinya dengan jalan memperbanyak taubat, zikir, amal shaleh dan beribdah. Golongan ini berpendapat:
( إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِلَى عَبْدِهِ سِرَّيْنِ يُسِرُّهُمَا إِلَيْهِ عَلَى سَبِيْلِ الْإِلْهَامِ : أَحَدُهُمَا ، إِذَا خَرَجَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ يَقُوْلُ لَهُ : عَبْدِي قَدْ أَخْرَجْتُكَ إِلَى الدُّنْيَا طَاهِرًا نَظِيْفًا ، وَاسْتَوْدَعَكَ عُمْرَكَ وَائْتَمَنْتُكَ عَلَيْهِ ، فَانْظُرْ كَيْفَ تَحْفَظُ الْأَمَانَةَ ، وَانْظُرْ إِلَىَّ كَيْفَ تَلْقَانِي . وَالثَّانِي ، عِنْدَ خُرُوْجِ رُوْحِهِ يَقُوْلُ : عَبْدِي مَاذَا صَنَعْتَ فِي أَمَانَتِي عِنْدَكَ ، هَلْ حَفِظْتَهَا حَتَّى تَلْقَانِي عَلَى الْعَهْدِ فَأَلْقَاكَ عَلَى الْوَفَاءِ ، أَوْ أَضَعْتَهَا فَأَلْقَاكَ بِالْمُطَالَبَةِ وَالْعِقَابِ )
Artinya:“Sesungguhnya Allah mempunyai dua rahasia terhadap hambanya melalui ilham, yaitu: pertama, bilamana seorang dilahirkan Allah berkata padanya: Aku telah mengeluarkan kamu ke alam dunia dari perut ibumu dalam keadaan suci bersih, Aku titipkan usiamu padamu dan Aku jadikan ia sebagai amanat dalam dirimu, oleh karena itu peliharalah baik-baik amanat tersebut sampai kamu bertemu denganKu nanti. Kedua, ketika ruh manusia dicabut Allah berkata: Bagaimanakah amanat yang telah Aku titipkan kepadamu, apakah kamu menjaga amanat tersebut sehingga Aku dapat memberimu ganjaran, atau kamu menyia-nyiakannya sehingga Aku menuntutmu dan menyiksamu”.
Allah SWT telah menegaskan melalui firman-Nya bahwa jika seorang hamba menepati janjinya terhadap Allah maka Allah akan tepati juga janjiNya. Sebagaimana yang disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 40:
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ  - البقرة : 40 - .
Artinya:“Dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk)”.
Wallahu A'lam.
Jakarta, 8/2/2010









0 komentar:

Post a Comment